Composer: | TK |
---|---|
Arranger: | TK, Kawano Kei |
Performer: | Rib, TK, BOBO, ygarshy, Yoshida Atsuki, Okimasu Natsumi, Mishina Mei, Uchida Kirin |
Lyricist: | TK |
A professional crackpot.
Man of chaos—but with a purpose.
Somewhat identify as a humanist, globalist, futurist, and pantheist.
Despite the calamity that happened upon them last year, Kyoto Animation’s latest silver screen outing still holds to their standard. After having the chance to witness Violet Evergarden: Eien to Jidoushuki Ningyou (English: Violet Evergarden: the Automatic Memory Doll with Eternity) last weekend, it still left a fragrant aftertaste even days later.
The Japanese have a knack to make any mundane profession or activity into philosophical raison d’être—just take a look at last years’s Gaikotsu Shoten’in Honda-san, and in this film they do basically that, but to the postal industry as a whole—and by proxy to the ghostwriting industry.
Being a mangaka—a Japanese comic artist—is a prestige. But the competition is tough and the crowd is hard to please. In the last decade, the number of aspiring mangaka has grown exponentially. The number of anime aired each season has doubled. Yet, one will argue that the number of quality manga stayed relatively the same.
To be blunt, I find that some of the best manga are the ones that is written not by the comic artist. But rather the ones which was written by someone else; ones that was penned by a story writer and adapted to a graphic novel by a mangaka. Consider the likes of One Punch Man and Death Note. Both are collaboration works and both are among the greatest manga ever published.
Wattpad, bagi orang awam adalah sebuah sosial media yang tujuan utamanya adalah berbagi karya tulis. Namun bagi industri penerbitan Indonesia adalah petri dish untuk melakukan tes akan marketabilitas sebuah karya tulis, terutama novel. Maka dari itu, tidak jarang ditemukan beredarnya novel-novel dengan label “telah dibaca [angka besar] kali di Wattpad”. Yang menjadi masalah adalah angka tersebut dilihat oleh pembeli seakan menjadi jaminan akan kualitas isi novel bersangkutan.
Masa sekolah adalah masa-masa di mana kita melakukan kesalahan, di mana dari proses kesalahan tersebut kita belajar untuk tidak membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya–proses ini disebut sebagai belajar dengan jalan keras, yang mana juga adalah proses belajar dengan tingkat katarsis paling dalam.
Pelajaran yang didapat dari proses ini tidak terdaftar dalam registrasi proses memori, melainkan terdaftar secara emosional, membentuk persona kita menjadi siapa kita sekarang. Inilah yang dialami Ishida Shouya di Koe no Katachi—The Shape of Voice—karya Yoshitoki Ooima.
SPOILER ALERT!
Dewasa ini, menciptakan alur yang 100% original berbanding 1:0.99999… dengan kesulitannya. Selama 2 abad perkembangan fiksi, sudah tidak terhitung jumlahnya jalan cerita yang sudah ditelurkan oleh pengarang-pengarang di seluruh penjuru dunia. Paradigma ini sama dengan tantangan untuk “membayangkan warna baru di luar spektrum warna.” Kedengarannya mudah, tapi pandangan tersebut adalah akibat kurangnya riset dalam materi-materi serupa.
Aah, plot twist… sebuah elemen yang menjadi obsesi banyak penulis karena dipercaya bisa menjadi bumbu yang bisa menyelamatkan sebuah cerita yang tidak menarik. Ada benar dan salahnya stigma tersebut. Karena di novel, twist sendiri sudah menjadi bagian strukturnya. Ingat pembahasan saya tentang Kishoutenketsu? Hanya saja, apakah twist bisa membuat cerita menjadi lebih menarik atau tidak itu tergantung oleh satu hal; misdireksi.
Nama saya Komar, saya seorang lelaki yang bosan dengan kehidupan. Suatu hari, saat sedang duduk termenung memikirkan arti kehidupan, saya berkenalan dengan Mayang; sesosok gadis manis yang mengubah cara pandang saya akan kehidupan. Dia baik, jelita, dan perhatian; segala tentang dirinya membuat saya tidak ingin kembali ke diri saya yang dulu. Hanya saja, Mayang hanya mampir dalam kehidupan saya—hanya memberi spektrum lain yang mencoreng warna hidup saya yang sudah suram. Mayang berakhir dalam dekapan lelaki lain. Tapi Mayang memberi saya pelajaran. Meski kecewa dan nyaris membuat saya menutup riwayat, saya memutuskan untuk move on. Kini saya sudah menemukan wanita lain yang mengisi kekosongan dalam diri saya.